Selasa, 20 November 2018

AUTOBIOGRAFI SUPRIYATI



AUTOBIOGRAFI
SUPRIYATI

Nama aku Supriyati, nama panggilan ku supri,  lahir di Ciamis 18 Juni 1990. Aku anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Parman dan Ibu Yatem. Orang tua ku tinggal di Dusun Sidamulya RT 004 RW 009 Desa Langensari Kota Banjar Provinsi Jawa Barat. Aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Bapak dan ibu ku bekerja sebagai buruh tani.
Waktu lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku hampir saja tidak dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) karena orang tua ku sudah tak mampu membiayai sekolah ku. Namun, aku tetap memaksa kepada orang tua agar mengizinkan aku untuk daftar sekolah SMA.  Aku menangis ketika bapak ku tak kunjung mengizikan ku untuk melanjutkan sekolah. Walaupun bapak sudah tak memberi izin tapi aku masih terus berdoa dan belajar karena aku pikir cuma itu yang bisa aku lakukan untuk tetap semangat dan yakin bahwa Allah akan memberikan jalan terbaik. Alhamdulillah setelah berdoa dan terus belajar akhirnya bapak dan ibu ku nekat mengizinkanku untuk mendaftar ke SMA.
Setelah masuk SMA beda dengan anak-anak yang lain, ketika mereka asyik dengan dunia barunya, justru aku harus berpikir bagaimana agar orang tua ku tidak terbebani biaya sekolah ku. Keadaan ekonomi keluarga yang demikian tidak membuat ku minder, justru aku merasa tertantang untuk tetap berprestasi dan mampu bersaing dengan teman-teman. Ketika ada tugas dari guru, aku sering meminjam buku pelajaran teman-teman karena pada waktu itu aku belum bisa membeli buku pelajaran yang harganya cukup mahal sekitar Rp. 30.000,- s.d. Rp 50.000,- per buku. Tidak hanya meminjam dari teman tapi terkadang aku juga meminjam buku guru ku. Aku merasa beruntung mempunyai teman-teman yang baik dan wali kelas yang baik. Sejak kelas satu sampai kelas tiga khusus untuk buku matematika , aku selalu dibelikan oleh guru matematika ku.
Aku adalah termasuk siswa yang aktif dalam organisasi dan sangat menyukai pelajaran matematika. Alhamdulillah karena keaktifanku di organisasi, aku mendapat kesempatan untuk ikut beasiswa yang diadakan oleh pihak sekolah. Pada waktu itu, banyak syarat yang harus dipenuhi beberapa diantaranya yaitu harus aktif organisasi dan memiliki nilai yang bagus di kelas. Setelah melalui beberapa tahap seleksi, Alhamdulillah aku terpilih menjadi salah satu diantara teman-teman yang mendapat beasiswa tersebut. Berkat beasiswa yang di berikan pihak sekolah biaya sekolahku menjadi lebih ringan.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, pelajaranpun mulai sulit. Aku merasa sangat kesulitan ketika diberi tugas dadakan oleh guru untuk mengerjakan soal yang ada di LKS atau Buku Paket karena aku tidak memilikinya dan harus menunggu teman-teman selesai mengerjakannya, baru aku bisa meminjam bukunya. Aku berpikir bagaimana cara aku mendapatkan uang untuk membeli buku-buku tersebut supaya aku tidak tertinggal oleh teman-teman. Waktu itu aku mencoba mencari kerja, ku datangi rumah mewah yang kemungkinan butuh asisten rumah tangga. Dalam kondisi aku masih pakai baju seragam ku ketok pintu si rumah mewah itu “ibu boleh saya bekerja disini, saya bisa masak, bisa nyuci dan bersih-bersih.”, tapi aku ditolak karena mungkin ibunya juga tidak tega memperkerjakan anak sekolah sebagai asisten rumah tangganya. Akhirnya ku mencari cara lain, ketika tetangga butuh bantuan untuk mengantar padi ke pabrik, aku dengan gesit menyodorkan diri dan kemudian dapat upah. Upah itu aku kumpulkan untuk membeli buku. Selain itu aku dan satu orang teman terkadang patungan untuk membeli buku-buku tertentu yang memang sangat penting. Biasanya untuk hak milik kita atur jadwalnya per minggu pindah hak milik. Alhamdulillah sampai lulus SMA semua berjalan lancar.
Ketika dibangku SMA aku mempunyai mimpi agar kelak bisa melanjutkan kuliah seperti teman-teman. Namun, ketika lulus harapan itu tipis. Ketika itu adik ku sekolah SMP dan memerlukan biaya cukup besar. Aku tak boleh egois, aku harus bantu orang tua ku membiayai sekolah adik ku. Pada akhirnya ku putuskan untuk berangkat ke Bekasi mencari pekerjaan. Sudah sebulan di Bekasi tinggal bersama saudara tapi aku belum mendapatkan kerja. Suatu hari ada yang datang ke rumah saudara ku dan mencari asisten rumah tangga. Aku langsung ambil kesempatan itu karena ku pikir dari pada nganggur, kenapa gak ambil dulu pekerjaan yang ada, yang penting halal dan bisa menghasilakan uang karena mungkin ini memang jalan yang harus dilalui.
Hanya dua bulan aku bekerja sebagai asisten rumah tangga karena saat itu ada tawaran di sebuah moll untuk menjadi cleaning service dan ku ambil lagi kesempatan itu. Saat aku bekerja sebagai cleaning service, aku tak hanya berdiam diri menjalankan profesi tersebut, aku berusaha melamar ke perusahaan-perusahaan untuk menjadi karyawan kontrak di Perusahaan yang gajinya lebih besar. Ketika aku menjadi cleaning service kemungkinan untuk menabung agar aku bisa melajutkan kuliah itu sulit, tapi kalau nanti aku bekerja di Perusahaan manufaktur atau sejeninya. kemungkinan besar aku bisa bantu biaya adik sekolah sekaligus bisa menabung untuk biaya melanjutkan kuliah.
Alhamdulillah selang tiga bulan bekerja sebagai cleaning service di moll, aku mendapat panggilan di PT. Sanyo sebagai operator produksi. Bekerja sebagai karyawan PT yang mempunya gaji cukup besar memberikan kesempatan untuk bisa menabung. Alhamdulillah setelah dua tahun tiga bulan bekerja di PT.Sanyo, aku bisa mendaftar kuliah di kampus Unisma Bekasi. Namun, saat masuk kuliah aku harus resign dari PT. Sanyo karena jam kuliah dengan jam kerja berbenturan. Setelah masuk kuliah aku mencoba mencari pekerjaan lain yang waktunya bisa diatur agar tidak berbenturan dengan jam kuliah dan Alhamdulillah aku diterima di PT Arnott’s Indonesia yang jam kerjanya tiga shift. Bekerja di PT.Arnott’s Indonesia tidak bertahan lama karena pada waktu itu, PT.Arnott’s ada pengurangan karyawan dan aku salah satu karyawan yang dihabiskan masa kontraknya.
Pada semester dua tabungan ku sudah mulai menipis dan hanya cukup untuk makan dan bayar kosan saja, sedangkan waktu itu aku belum mendapat pekerjaan lagi. Aku coba mengikut program beasiswa, namun gagal karena ada seorang teman yang nilainya masih di atas ku. Bingung harus berbuat apa lagi, tapi yakin Allah akan menolong hambaNYA yang sedang berjuang menuntut ilmu. Di semester tiga, aku mencoba lagi untuk ikut beasiswa dari Dikti Jawa Barat yaitu Beasiswa Siklus karena kebetulan nilai ku sudah bisa bersaing dengan teman-teman yang lain. Setelah semua persyaratan terkumpul, ku serahkan semua berkasku ke bagian Fakultas untuk proses selanjutnya. Aku minta Bapak dan Ibu ku bantu doa agar aku dapat beasiswa itu. Alhamdulillah setelah melalui beberapa tahapan akupun dinyatakan sebagai mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa siklus. Saat itu aku belum tau nominal beasiswa itu, ku berpikir beasiswa itu sekitar Rp. 4.000.000’- cukup untuk biaya satu semester saja. Sujud syukur Allah maha baik ternyata nominal beasiswa itu jauh di atas perkiraan ku. Alhamdulillah nominal beasiswa yang diberikan oleh Dikti cukup untuk membiaya biaya kuliahku sampai selesai, bahkan biaya wisuda dan biaya untuk kebutuhan skripsipun bisa teratasi dengan beasiswa Dikti tersebut. 
Berbekal dari pengalaman aku suka bercerita kepada teman-teman yang kurang semangat dalam belajar. Aku ingin teman-temanku tidak ada yang menyesal dikemudian hari karena keputusannya saat ini. Banyak sekali anak-anak yang ekonomi keluarganya mampu untuk membiaya sekolah anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi tapi justru anaknya yang tidak mau untuk melanjutkan sekolah, alasannya cuma karena sudah malas berpikir. Ketika ada teman yang punya pemikiran demikian, aku sering menegurnya karena tidak semua anak bisa mempunyai kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa harus pusing memikirkan biaya. Terkadang ku cerita tentang pengalaman ku yang begitu keras harus berjuang agar bisa melajutkan sekolah. Alhamdulillah ada beberapa teman yang berhasil kembali semangat untuk melanjutkan sekolah setelah mendengar kisah perjuanganku. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa menjadi motivator bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam berjuang dalam menempuh  pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik.
Dalam hal kepribadian, aku termasuk orang yang senang memajukan orang lain (Motivator) karena secara tidak langsung ketika kita memberikan motivasi kepada orang lain sama saja kita memotivasi diri sendiri, senang berkomunikasi dalam semua kalangan baik kalangan bawah maupun atas contohnya di kantor aku suka berkomunikasi dari mulai office boy sampai level manager,  senang mempelajari hal baru, senang melayani orang lain contohnya saat ini aku dan teman-teman organisasi mendirikan Bimbel gratis untuk anak-anak sekitar lokasi tempat tinggalku, punya intuisi dalam memilih jalan menuju tujuan. Namun, aku termasuk orang yang tidak berani  konfrontasi, tidak tegaan, tidak suka konflik, tidak punya empati, tidak rapih, dan tidak teliti.


Rabu, 29 Agustus 2018

MIMPI KU MEMPUNYAI BIMBEL

MIMPI KU MEMPUNYAI BIMBEL 

Memiliki usaha yang sesuai dengan hobby kita adalah sebuah impian bagi banyak orang. Begitupun dengan saya, sejak dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) selain hobby membaca novel, saya sangat suka dunia pendidikan. Ketika guru matematika berhalangan hadir maka sayalah yang paling semangat menggantikan tugas sang guru untuk mengajarkan matematika ke teman-teman kelas. Bagi saya berbagi ilmu dengan orang-orang merupakan sebuah kebahagia dan kepuasan tersendiri. 

Setelah lulus SMA saya mempunyai impian mendirikan Bimbingan Belajar (Bimbel). Tentunya hal itu tidaklah mudah karena saya harus mempunyai gambaran terlebih dahulu tentang Bimbel itu sendiri. Oleh karena itu ketika saya menjadi mahasiswa selain menjadi asisten Dosen (Asdos), saya juga aktif sebagai Tutor di salah satu Bimbel di kota Bekasi. Alhamdulillah dengan bekerja di sebuah Bimbel, saya mempunyai gambaran bagaimana dan apa saja yang harus kita siapkan ketika kita akan mendirikan sebuah bimbel. 

Alhamdulillah setelah lulus kuliah saya dan teman-teman organisasi mendirikan sebuah bimbel dengan nama "Rumah KAMMI Pintar". Bimbel ini kami resmikan pada tanggal 14 Juli 2018 di balai RW 12 Pengasinan Bekasi Timur. Alhamdulillah Ditahun pertama, murid yang daftar sebanyak +-40 siswa. Bimbel "Rumah KAMMI Pintar" adalah Bimbel gratis untuk tingkat pra sekolah sampai kelas 6 SD. Adapun pengajarnya yaitu mahasiswa dari berbagai kampus seperti UNISMA, Bani Saleh, BSI dan lain-lain. Saya berharap dengan didirikannya Bimbel "Rumah KAMMI Pintar" akan membantu Adik-adik dalam belajar sehingga nantinya akan menjadi anak yang berprestasi terutama dalam bidang akademik. 

Rencana untuk tahun berikutnya,saya dan teman-teman akan membuka kelas baru untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sekolah Menengah Atas (SMA). Mudah-mudahan bisa terlaksana. kami mohon doa dari pembaca supaya apa yang menjadi targetan kami bisa tercapai. aamiin.

Minggu, 05 Juni 2016

Perjuangan Mahasiswa perantau dan pekerja



Perjuangan Mahasiswa perantau dan pekerja

Kami langkahkan kaki ini menuju kota, meninggalkan kampung halaman tercinta untuk mengejar sebuah cita-cita. Hidup dengan penuh suka cita membuat hidup lebih berwarna dan berharga. Kami adalah manusia-manusia yang hanya bisa terus berusaha untuk mewujudkan satu persatu impian yang telah lama kami ukir dengan penuh keyakinan. kami tekadkan hati ini untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan hasil dari kerja keras kami. Perjalanan yang kami lalui tidak selalu mulus namun banyak batu-batu kerikil yang membuat kaki ini tidak bisa berjalan dengan cepat. Terkadang kaki kami terkilir bahkan berdarah dalam melalui perjalanan hidup ini. Namun, hal ini tidak memadamkan semangat kami untuk terus mengejar impian kami. Kami adalah pejuang-pejuang yang ingin memajukan kehidupan keluarga baik dalam segi ekonomi ataupun pendidikan. kami harus berjuang untuk menghasilkan pundi-pundi uang untuk biaya kuliah kami. Siang malam kami bagi waktu untuk bekerja, kuliah dan istirahat. Lelah? semua perjuangan memang melelahkan, begitupun dengan kami, kami yang terkadang merasa lelah dengan jalan hidup ini. Waktu bagi kami sangat berharga, hari libur kerja kami gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah yang sudah menumpuk. Ketika mahasiswa lain tertidur pulas, mungkin berbeda dengan kami yang harus berdiri di depan mesin pencetak makanan ataupun barang-barang elektonik dan otomotif semalaman. Ngantuk? sudah pasti ngantuk, namun apa daya, ini adalah kewajiban kami sebagai kuli-kuli pabrik. Jika kami berhenti bekerja maka itu bertanda ancaman bagi keberlangsungan pendidikan kami. Tidak sedikit dari kami yang kebingungan bahkan menangis ketika menjelang ujian karena belum bisa melunasi biaya kuliah. Uang kuliah yang semakin meningkat membuat hidup kami semakin terpuruk. Kami bertahan dengan saling membantu dan menyemangati satu sama lain. Tidak jarang diantara kami yang mengabaikan kondisi kesehatan sendiri, yang terpikir oleh kami hanya bagaimana kami bisa menghasilkan uang dan bisa lancar kuliah. Namun, kami merasa bersyukur karena Allah telah mempererat ikatan persahabatan kami. Jika salah satu diantara kami sakit maka teman yang lain akan mengingatkan yang sakit walau hanya sekedar mengingkatkan untuk beristirahat. Kami hanya berharap perjuangan ini berujung kebahagiaan. kami berharap impian yang kami nanti-nantikan akan terwujud. Ya, Kami para mahasiswa perantau dan pekerja yang berusaha mengejar impian kami.

Semangat buat teman-teman pekerja yang sedang mengejar cita-cita. yakinlah perjuangan kalian tidak akan sia-sia. PIKIRKAN dan LAKUKAN SEGERA, JALANI dan NIKMATI.

By:
-SPS-

Rabu, 01 Juni 2016

Bukan kekayaan yang membuat kita bahagia


Kebahagiaan bukan hanya milik orang kaya

Hidup berkecukupan merupakan keinginan bagi setiap manusia. Namun, terkadang kenyataan amat berbeda. Kebanyakan masyarakat desa harus menguras keringatnya hanya untuk bertahan hidup, begitupun dengan keluarga yanti. Ayah dan ibu yanti berprofesi sebagai buruh tani. Setiap hari harus pergi ke sawah untuk bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan rata-rata keluarga yanti Rp40.000. uang inilah yang digunakan keluarga yanti untuk kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah yanti dan adiknya. Terkadang jika tidak ada tetangga yang menggunakan jasa ibu dan bapak, ibu harus meminjam uang ke saudara  untuk jajan yanti dan adiknya di sekolah. Jika saudara tidak ada uang terkadang ibu yanti menjual beras. Yanti memang terkadang marah jika tidak dikasih uang jajan karena ia sekolah seharian. Ia selesai belajar pukul 14.00 dilanjut organisasi atau mengerjakan tugas kelompok. yanti meminta uang saku tidak setiap hari tetapi jika memang ada kegiatan les tambahan, organisasi atau akan mengerjakan tugas di rumah teman. Uang yang dikasih ibu biasanya ia gunakan untuk membeli gorengan atau minum sekedar untuk mengisi perut. Ketika teman-teman yang lain membeli makanan seperti mie ayam dan baso, bagi yanti cukup gorengan saja. Makan mie ayam atau baso hanya pada saat-saat tertentu saja ketika ada moment spesial, seperti moment kenaikan kelas atau ulang tahun teman. Jika uang jajan tersebut tidak digunakan maka ia akan mengumpulkan uang tersebut untuk membeli kebutuhan sekolah. 
Yanti adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara dan semua kakaknya sudah berkeluarga. Menurut Bapak dan Ibunya, ia dikenal sebagai anak yang keras kepala. Jika meminta sesuatu harus dituruti, jika tidak dituruti, ia akan menangis sampai ibu dan bapaknya menuruti apa yang menjadi keinginannya. Ketika ayahnya marah tak jarang yanti disiram dengan air seember. Namun, yanti terus menangis tak menghiraukan ayahnya. Yanti tak pernah meminta hal yang lain kecuali meminta bayaran saat esok hari akan ujian dan meminta baju baru ketika menjelang idul fitri. Mungkin bagi anak yang lain hal tersebut tak perlu diminta sampai menangis. Berbeda dengan yanti yang harus menangis terlebih dulu untuk mendapatkan dua keinginannya tersebut. Bagi yanti menangis sebenarnya hal yang membosankan untuk dilakukan. ia pun sadar orang tuanya bukan karena pelit tidak segera memenuhi permintaannya. Namun, karena keadaan ekonomi yang terpaksa membuat keadaan tersebut terjadi berulang kali. Ketika bapak sudah marah besar, yanti selalu dihadapkan dengan dua pilihan lanjut sekolah atau berhenti sekolah dengan buku-buku sekolah bapak bakar semua. Jika sudah seperti itu, yanti hanya bisa menahan tangisnya, terasa sesak di dada. Saat itu ia bertekad bahwa jangan sampai adik satu-satunya mengalami hal yang sama, bagaimanapun caranya adiknya harus lebih baik nasibnya dari dirinya. Dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama mengecewakan. lanjut sekolah dengan tidak membawa uang bayaran itu tandanya ia harus meminta kartu ujian sementara dan harus berhadapan dengan tata usaha sekolah. Tidak sulit, namun malu karena tidak satu atau dua kali saja tapi sudah terlalu sering. Belum lagi harus berbeda warna kartu ujiannya, ketika teman-teman mengambil kartu warna putih berbeda dengan yanti yang harus mengambil kartu warna kuning. 
Percakapan dengan bagian tata usaha 
Yanti: Pak, maaf yanti belum bisa bayaran, bapak yanti blum punya uang, boleh gak yanti ambil kartu ujian.
Bapak TU: Yanti...yanti udah dapat bantuan dari sekolah cuma suruh bayaran setengahnya saja telat.
Yanti: Ya elah pak nanti juga yanti bayar kalau bapak yanti udah punya uang
Bapak TU: kapan?
Yanti: Ya nanti kalau udah ada... 
Bapak TU: ya udah nih pakai kartu warna kuning dulu ya
Yanti: Tapi boleh ikut ujian kan?
Bapak TU: iya boleh, tapi nanti paling ditanya-tanya sama pengawasnya. he....siap-siap aja....(dengan raut muka ngeledek)
Yanti: Siap lah apapun yang terjadi, siap menanggung
Bapak TU: Ya palingan juga nanti yanti ngeluarin jurus terakhir, nangis deh
Yanti: Tuh bapak tau
Bapak TU: yan, ada telor gak?
Yanti: Gak tau pak, kemaren sih masih dikit.
Bapak TU: kalau ada, bapak mau beli
Yanti: butuh berapa?
Bapak TU: 10 biji aja
Yanti: Ya udah nanti kalau ada, yanti bawa besok.
Bapak TU: di tambahin dong yan...bonus gituh
Yanti: mmm...bonus-bonus ..ya bonusnya buat yantilah..ongkos jalan kali pak
Bapak TU: Yanti koret pisan (bahasa Sundanya pelit)
Yanti: Biar cepet kaya..ha.....
Bapak yanti mempunyai beberapa ekor bebek dan terkadang yanti bawa telor bebek pesanan bapak/ibu guru dan orang TU ke sekolah. Walau kadang telor bebek yang yanti bawa ada yang pecah, namun bapak dan ibu guru tetap membeli telor bebek tersebut tanpa mengurangi harga karena bapak dan ibu guru tahu kalau uangnya buat beli keperluan sekolah yanti. Salah satu cara biar bisa ketawa itu bercanda sama orang-orang TU. Biarpun sering kena sindiran karena telat bayaran tapi kalau udah ngumpul sama bapak sama ibu TU bakal ketawa ngakak. 

Hari pertama ujian
Pengawas masuk
Pengawas menyuruh murid berbaris  dan mengecek kartu ujian murid satu per satu.
Yanti: Aduh siap-siap nih warna kartu berbeda, mana pengawasnya Pak setiawan, bakal diledekin ini mah, aduh. (dengan hati dag dig dug, yanti menyerahkan kartu ujiannya). Alhamdulillah lolos tanpa di tanya satu kalimatpun.
Pengawas membagikan soal ujian dan lembar jawaban dan serempak peserta ujian semester mulai mengisi soal-soal ujian.
Pengawas: yan, kartu kunaon beda sorangan? (Yan, kenapa kartu beda sendiri?)
Yanti: Pura-pura sibuk ngerjain soal-soal ujian semester
Pengawas: yan, eta kunaon kartu koneng sorangan? (Yan, itu kenapa kartu kuning sendiri?)
Yanti: Bapak mah nanya-nanya terus, yanti lagi konsen ngerjain nih soal
Pengawas: Sok ari teu daek ngajawab pertanyaan bapak, ke ku bapak titah kaluar ruangan (Sok kalau gak mau menjawab pertanyaan bapak, nanti bapak suruh ke luar ruangan)
Yanti: Yanti belum lunas bayarannya bapak
pengawas: can lunas, sok atuh kaluar da can lunas bayaranna (belum lunas, kalau gituh keluar soalnya belum lunas bayarannya)
Yanti: Tuh tadi katanya suruh jawab pertanyaan bapak biar gak dikeluarin dari ruangan
Pengawas: Da bapak teu terang yanti can bayaran, sugan teh eta kartu warnana koneng pedah kasiram ku naon (bapak gak tau kirain itu kartu warna kuning karena kesiram apa) dengan muka serius padahal lagi ngerjain yanti
Yanti: Trus yanti harus keluar nih pak? dengan muka polos dan mata berkaca-kaca
pengawas: Geus heunteu-heunteu, hereuy bapak mah yan, geus ulah ceurik. (udah gak-gak, bercanda bapak mah, udah jangan nangis)
Yanti: Bapak mah....lanjut mengerjakan soal ujian.
Yanti dikenal dengan salah satu murid yang humoris, jadi ketika ada sesuatu tentang dirinya yang bisa dijadikan bahan ledekan, guru-guru yang humoris juga akan memanfaatkannya, salah satunya yaitu pak setiawan. Pak setiawan adalah guru mata pelajaran komputer. Saat itu beliau belum menikah dan dikenal dengan guru yang gaul dan guru bontot kesayangan kepala sekolah. Karena usianya yang tidak jauh berbeda dengan muridnya membuat guru yang satu ini sangat akrab dengan muridnya termasuk dengan yanti. 

Dalam ekonomi mungkin yanti kurang beruntung, namun kedua orang tuanya amat sayang padanya. Setelah pulang mengaji, ia mengerjakan tugas-tugas sekolah dan biasanya jika tidak ada tugas sekolah, ia lebih senang mengisi LKS. Ketika belajar bapak dan ibu yanti selalu ada di samping yanti. Keadaan seperti ini yang membuat yanti terus semangat belajar dan yakin jika suatu saat nanti, ia pasti akan sukses dan bisa mengenyam pendidikan tinggi. Sering sekali yanti ketiduran setelah selesai belajar. Kemudian ibu membereskan buku-buku belajar dan bapak yanti akan mengangkat yanti untuk dipindahkan ke tempat tidur. Ya Allah, izinkan yanti untuk membuat bangga kedua orang tua yanti dan membuat mereka bahagia. Kalimat ini yang selalu yanti panjatkan ketika ia di angkat ke tempat tidur oleh bapaknya. Ia sadar teramat besar kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tuanya walaupun terkadang bapak marah ketika ia meminta bayaran dan baju baru. Ia sadar betapa sakitnya hati kedua orang tuanya ketika melihat putrinya menangis untuk meminta sesuatu namun tidak bisa mengabulkan permintaan putrinya dengan segera. Terkadang yanti menangis di kamar setelah bapaknya ke luar dari kamarnya. Yanti sadar akan tingkah lakunya yang kurang sabar. Semakin memikirkan akan keadaan ekonomi keluarga, ia semakin semangat dalam memperjuangkan cita-citanya.

Bersyukur tidak hanya orang tua yang menyayangi yanti. Namun, teman-teman sekelaspun sangat peduli padanya. Ketika yanti tidak mempunyai buku paket belajar, teman-temannya bersedia untuk meminjamkan buku paketnya walau hanya sehari atau dua hari. Ia mempunya sahabat yang sudah seperti keluarga namaya teh fitri. Persahabatan mereka dimulai dari SMP kelas satu sampai sekarang. Ketika dibangku SMP mereka tidak satu kelas, mereka hanya satu kelas ketika SMA kelas 2 dan 3. Walaupun demikian persahabatan mereka tidak diragukan lagi. Mereka berdua siap membantu satu sama lain. Saat sepeda yanti rusak teh fitri siap membonceng yanti. Sebaliknya ketika sepeda teh fitri rusak yantipun melakukan hal yang sama. Mereka saling berbagi cerita, kebahagiaan dan kesedihan mereka lalui bersama. Bahkan tidak jarang guru yang memanggil terbalik nama mereka karena saking dekatnya persahabat mereka. Dari teh fitri, ia belajar banyak hal terutama kemandirian. Teh fitri bukanlah dari kalangan keluarga yang sama seperti yanti. Namun, teh fitri adalah sosok yang mandiri, ia selalu membeli buku pelajaran sekolah dari uang saku yang dikumpulkannya. Teh fitri jarang sekali meminta uang saku kepada orang tuanya padahal teh fitri berasal dari keluarga menengah ke atas. Keluarganya memiliki toko kelontong yang cukup besar dan terkenal laris, mempunyai mobil dan rumahnya cukup besar. Keadaan tersebut tidak membuat dirinya sombong dan hidup dengan berhura-hura. Justru sebaliknya, ia selalu mengajarkan yanti agar hidup mandiri dan mencoba mengatur kebutuhan sendiri. Yanti senang meniru perilaku sahabat-sahabatnya yang positif. Ketika yanti sedih dengan keadaanya, ia akan melihat temannya yang di bawahnya. Maka yantipun akan kembali semangat dan terkadang memotivasi teman-teman yang nasibnya tak jauh berbeda denganya.


Saya tak punya harta namun saya punya orang tua dan sahabat-sahabat yang menyayangi saya. Kebahagiaan bukan hanya milik orang kaya, kebahagiaan milik kita yang bersyukur. Ya Rabb terima kasih, Engkau utus orang-orang yang selalu menyayangi hambaMU ini. Diri ini malu karena sering mengeluh akan keadaan hidup ini. Maafkan diri ini yang terkadang futur akan nikmatMU. Ya Rabb mudahkan hambaMU ini untuk membahagiakan orang-orang yang menyayangi hamba. Izinkan diri ini mengukir senyuman indah kedua orang tua sebelum Engkau mengambil salah satu dari kami. amin.

By
-SPS-




Senin, 30 Mei 2016

motivasi

kisah nyata dari seorang pelajar yang berasal dari keluarga sederhana.

Ada seorang anak yang berumur 15 tahun, dia berasal dari keluarga kalangan menegah ke bawah. Dia bernama Yanti Firda Firdaus, panggil saja dia yanti. Ketika itu dia lulus SMP dan sedang bingung dengan nasib pendidikan selanjutnya. Ketika teman-teman seperjuangnnya sibuk kesana kemari untuk memilih sekolah SMA favoritnya, berbeda dengan dirinya yang masih bingung akan nasibnya. lanjut sekolah adalah impiannya bahkan dia ingin sekali bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Namun, apa daya keadaan ekonomi keluargalah yang akhirnya membuatnya harus berpikir keras untuk bisa melanjutkan sekolahnya. Besok adalah hari terakhir pendaftaran siswa baru SMA tapi sampai saat ini bapak masih belum bisa memutuskan apakah saya lanjut sekolah atau tidak. Bapak bilang kalau yanti lanjut SMA nanti dari mana biayanya. Yantipun terus berpikir bagaimana caranya dia mendapatkan uang nanti untuk biaya sekolahnya. malam pun tiba, mesti belum tentu akan melanjutkan sekolah, yanti tetap belajar. Ketika dibangku SD dan SMP Yanti dikenal salah satu siswa yang cukup pandai akan pelajaran matematika. Malam itu yanti belajar matematika dengan santainya padahal dia tahu hari besok adalah hari terakhir pendaftaran siswa baru SMA.

Ibu: Yan lagi ngapain?
Yanti: gak lagi ngapa-ngapain bu
Ibu: Ko masih blajar yan, kan bapak sudah bilang gak bisa biayain sekolah yanti lagi
Yanti: Tapi bu....Yanti ingin lanjut SMA kaya teman-teman Yanti, Kemaren pak guru bilang kalau yanti harus lanjut sekolah SMA, kata pak guru sayang kalau gak dlanjutin ke SMA.
Ibu: Iya, ibu juga inginnya begitu, tapi kan yanti lihat sendiri bapak sama ibu gak punya uang, bapak sama ibu cuma kuli tani.penghasilan ibu cuma cukup buat bayar ade yanti sekolah. Yanti kan tau kemaren pas Yanti SMP saja, yanti sering telat bayaran, trus gak pernah beli buku LKS. emang Yanti gak cape harus nulis setiap bapak/ibu guru ngaih tugas dari LKS. ketika teman-teman Yanti sibuk menjawab, Yanti baru sibuk nulis soal-soalnya. Ibu kasihan sama Yanti. Ibu gak mau lihat anak ibu cape.
Yanti: Gak papa bu, Yanti siap ko dengan resiko nanti, yang penting yanti lanjut sekolah bu.
Ibu: Kalau nanti dari sekolah minta uang gedung, terus kita gak mampu bayar gimana yan? (dengan raut muka sedih)
Yanti: Ibu sekarang yang penting Bapak sama ibu kasih restu buat yanti mendaftar ke SMA. Apapun yang akan terjadi besok, yanti siap, yang terpenting kita sudah berusaha.
Ibu: Emang mau daftar ke SMA mana yan?
Yanti: Yanti mau daftar ke SMA negeri 2 ......
Ibu: Uang pendaftarannya gimana?
Yanti: Kata pak opoy (nama guru samaran) cuma Rp 7.000
Ibu: ko Rp 7.000
Yanti: iya bu itu buat formulir aja. nanti biaya yang lain dibayarnya kalau udah masuk sekolah.
Ibu: Yanti punya uang segitu gak:?
Yanti: Yanti cuma punya Rp3.000 bu masih kurang Rp 4.000
Ibu: oh...ya sudah coba minta sama bapak
Yanti: Beneran ibu izini yanti sekolah lagi.
Ibu: Iya Insya Allah kita hadapi bareng-bareng kedepannya. Tapi Yanti harus bisa dapat beasiswa biar bapak sama ibu gak berat biayain sekolahnya.
Yanti: Iya bu, yanti siap berusaha keras. Demi impian yanti dan demi senyuman ibu sama bapak.
Ibu: ya sudah sana minta uang yang Rp4.000 sama bapak ya. 

Ibu pergi sambil mengelap air mata. Ibu yanti adalah sosok ibu yang ketika menangis tidak ingin terlihat oleh anak-anaknya. Seberat apapun cobaan yang dipikul, ibu yanti akan berusaha untuk menutupinya.
Besok harinya yantipun mendaftar sebagai siswa baru di sekolah yang baru berdiri yaitu SMA Negeri 2....Biaya sekolah di sini lebih murah dibanding dengan sekolah-sekolah yang lain. Mungkin karena masih baru berdiri. Yanti dan teman-teman adalah angkatan pertama di sekolah ini. Ketika kegiatan Masa Orientasi Siswa, yanti dan teman-teman dibimbing oleh siswa dari SMA negeri 1....kebahagian yang amat mendalam,mungkin seperti mimpi bisa mengikuti kegiatan ini. kemaren yanti masih bingung dan sedih bisa sekolah lagi atau tidak, sekarang yanti sudah di SMA, Ya Rabb terima kasih atas nikmat MU. Yantipun terus mengucapkan rasa syukur itu. Hingga beberapa bulan yanti nikmati sekolahnya dan datang suatu masa dimana dia ditaggih uang bayaran dan uang bangunan. mmmm...lemes seketika....Ya Rabb ini harus bagaimana bapak blum punya uang. Kemudian yantipun memberanikan diri untuk bilang ke bapaknya kalau sudah ditaggih uang sekolahnya.

Yanti: pak, mmmm....tadi Yanti ditaggih uang gedung
Bapak: Uang gedung...(terdiam sejenak)....berapa bapak lupa
Yanti: Rp 2.000.000 pak
Bapak: Rp 2.000.000 ya udah nanti coba bapak pinjem ke Uwa (panggilan untuk kakak dari Ibu/bapak)
Yanti: iya pak
Sudah beberapa hari tapi bapak belum ngasih juga, gimana ini, yantipun kebingungan. Akhirnya yanti bertanya lagi.
Yanti: pak uang untuk bayar sekolah sudah ada blum?
Bapak: uwa cuma pinjemin Rp 1.000.000 yan
Yanti: Gak papa pak, nanti biar yanti bicara sama ibu guru. kalau baru bisa bayar segituh.
Bapak: oh ya udah nanti bapak bilang uwa dulu ya.
Yanti: iya pak

akhirnya yanti bayar Rp1.000.000 dan meminta perpanjangan waktu kepada pihak sekolah. Alhamdulillah pihak sekolah memberi perpanjangan waktu hingga akhir semester 2. inilah nikmat Allah yang lagi-lagi diberikan kepada hambaNya.
Di SMA yanti dikenal dengan siswa yang pandai Matematika dan aktif organisasi. Dia mengikuti organisasi Bantara dan Paskibra. Setiap hari jumat dia mengikuti latihan Bantara dan hari minggu latihan Paskibra. Di organisasi ini Yanti diajarkan mandiri , perduli dengan sesama, siap berkorban untuk negara dan masih banyak pelajaran yang bisa diambil dari organisasi ini.Tidak hanya sibuk organisasi saja, Yanti juga mengikuti les matematika bersama teman-teman yang akan mengikuti olimpiade matematika. Dengan perjuangannya akhirnya yantipun mendapat bantuan dari pihak sekolahnya. Setiap tahun yanti hanya membayar biaya kuliah satu semester saja sedangkan yang satu semesternya lagi gratis dengan syarat harus aktif di organisasi dan nilai akademiknya juga bagus. Yanti menyanggupi syarat tersebut. Tidak hanya itu bapak dan ibu guru Matematika selalu memberikan perhatian lebih kepada yanti. setiap awal semester yanti selalu di berikan buku paket matematika dan alat tulis. Subhanallah....nikmatMU teramat banyak. Keyakinan untuk sukses semakin kuat. hari-hari berikutnya dijalani yanti lebih semangat. Setiap pulang sekolah yanti mencari uang. terkadang disuruh tetangga atau saudara mengantarkan padi ke pabrik dengan sepeda untuk digiling. Berat...sudah pasti berat..tapi yanti menjalaninya dengan senang. terkadang membantu mencuci mangkok baso punya kakaknya atau membantu beres-beres di rumah neneknya. Uang yang di kasih oleh saudara, tetangga, kakak, dan neneknya ia kumpulkan. Uang yang terkumpul untuk membeli LKS jadi tidak minta ke bapak lagi. Alhamdulillah bisa memperingan beban bapak dan ibu. hal ini yanti lakukan hingga dia lulus SMA.
Bersambung...
nantikan kisah selanjutnya
Yanti di bangku kuli dan yanti di bangku kuliah
Semoga teman-teman senang membacanya.

By
-SPS-