AUTOBIOGRAFI
SUPRIYATI
Nama
aku Supriyati, nama panggilan ku supri,
lahir di Ciamis 18 Juni 1990. Aku anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Parman dan Ibu Yatem. Orang tua ku tinggal di Dusun Sidamulya RT
004 RW 009 Desa Langensari Kota Banjar Provinsi Jawa Barat. Aku dilahirkan dari
keluarga yang sederhana. Bapak dan ibu ku bekerja sebagai buruh tani.
Waktu
lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku hampir saja tidak dilanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) karena orang tua ku sudah tak mampu membiayai
sekolah ku. Namun, aku tetap memaksa kepada orang tua agar mengizinkan aku
untuk daftar sekolah SMA. Aku menangis ketika
bapak ku tak kunjung mengizikan ku untuk melanjutkan sekolah. Walaupun bapak
sudah tak memberi izin tapi aku masih terus berdoa dan belajar karena aku pikir
cuma itu yang bisa aku lakukan untuk tetap semangat dan yakin bahwa Allah akan
memberikan jalan terbaik. Alhamdulillah setelah berdoa dan terus belajar
akhirnya bapak dan ibu ku nekat mengizinkanku untuk mendaftar ke SMA.
Setelah
masuk SMA beda dengan anak-anak yang lain, ketika mereka asyik dengan dunia
barunya, justru aku harus berpikir bagaimana agar orang tua ku tidak terbebani
biaya sekolah ku. Keadaan ekonomi keluarga yang demikian tidak membuat ku
minder, justru aku merasa tertantang untuk tetap berprestasi dan mampu bersaing
dengan teman-teman. Ketika ada tugas dari guru, aku sering meminjam buku
pelajaran teman-teman karena pada waktu itu aku belum bisa membeli buku
pelajaran yang harganya cukup mahal sekitar Rp. 30.000,- s.d. Rp 50.000,- per
buku. Tidak hanya meminjam dari teman tapi terkadang aku juga meminjam buku
guru ku. Aku merasa beruntung mempunyai teman-teman yang baik dan wali kelas
yang baik. Sejak kelas satu sampai kelas tiga khusus untuk buku matematika ,
aku selalu dibelikan oleh guru matematika ku.
Aku
adalah termasuk siswa yang aktif dalam organisasi dan sangat menyukai pelajaran
matematika. Alhamdulillah karena keaktifanku di organisasi, aku mendapat
kesempatan untuk ikut beasiswa yang diadakan oleh pihak sekolah. Pada waktu
itu, banyak syarat yang harus dipenuhi beberapa diantaranya yaitu harus aktif
organisasi dan memiliki nilai yang bagus di kelas. Setelah melalui beberapa
tahap seleksi, Alhamdulillah aku terpilih menjadi salah satu diantara
teman-teman yang mendapat beasiswa tersebut. Berkat beasiswa yang di berikan
pihak sekolah biaya sekolahku menjadi lebih ringan.
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, pelajaranpun
mulai sulit. Aku merasa sangat kesulitan ketika diberi tugas dadakan oleh guru
untuk mengerjakan soal yang ada di LKS atau Buku Paket karena aku tidak
memilikinya dan harus menunggu teman-teman selesai mengerjakannya, baru aku
bisa meminjam bukunya. Aku berpikir bagaimana cara aku mendapatkan uang untuk
membeli buku-buku tersebut supaya aku tidak tertinggal oleh teman-teman. Waktu
itu aku mencoba mencari kerja, ku datangi rumah mewah yang kemungkinan butuh
asisten rumah tangga. Dalam kondisi aku masih pakai baju seragam ku ketok pintu
si rumah mewah itu “ibu boleh saya bekerja disini, saya bisa masak, bisa nyuci
dan bersih-bersih.”, tapi aku ditolak karena mungkin ibunya juga tidak tega
memperkerjakan anak sekolah sebagai asisten rumah tangganya. Akhirnya ku
mencari cara lain, ketika tetangga butuh bantuan untuk mengantar padi ke
pabrik, aku dengan gesit menyodorkan diri dan kemudian dapat upah. Upah itu aku
kumpulkan untuk membeli buku. Selain itu aku dan satu orang teman terkadang patungan
untuk membeli buku-buku tertentu yang memang sangat penting. Biasanya untuk hak
milik kita atur jadwalnya per minggu pindah hak milik. Alhamdulillah sampai
lulus SMA semua berjalan lancar.
Ketika
dibangku SMA aku mempunyai mimpi agar kelak bisa melanjutkan kuliah seperti
teman-teman. Namun, ketika lulus harapan itu tipis. Ketika itu adik ku sekolah
SMP dan memerlukan biaya cukup besar. Aku tak boleh egois, aku harus bantu
orang tua ku membiayai sekolah adik ku. Pada akhirnya ku putuskan untuk
berangkat ke Bekasi mencari pekerjaan. Sudah sebulan di Bekasi tinggal bersama
saudara tapi aku belum mendapatkan kerja. Suatu hari ada yang datang ke rumah
saudara ku dan mencari asisten rumah tangga. Aku langsung ambil kesempatan itu
karena ku pikir dari pada nganggur, kenapa gak ambil dulu pekerjaan yang ada,
yang penting halal dan bisa menghasilakan uang karena mungkin ini memang jalan
yang harus dilalui.
Hanya
dua bulan aku bekerja sebagai asisten rumah tangga karena saat itu ada tawaran
di sebuah moll untuk menjadi cleaning
service dan ku ambil lagi kesempatan itu. Saat aku bekerja sebagai cleaning service, aku tak hanya berdiam
diri menjalankan profesi tersebut, aku berusaha melamar ke
perusahaan-perusahaan untuk menjadi karyawan kontrak di Perusahaan yang gajinya
lebih besar. Ketika aku menjadi cleaning
service kemungkinan untuk menabung agar aku bisa melajutkan kuliah itu
sulit, tapi kalau nanti aku bekerja di Perusahaan manufaktur atau sejeninya.
kemungkinan besar aku bisa bantu biaya adik sekolah sekaligus bisa menabung
untuk biaya melanjutkan kuliah.
Alhamdulillah
selang tiga bulan bekerja sebagai cleaning
service di moll, aku mendapat panggilan di PT. Sanyo sebagai operator
produksi. Bekerja sebagai karyawan PT yang mempunya gaji cukup besar memberikan
kesempatan untuk bisa menabung. Alhamdulillah setelah dua tahun tiga bulan
bekerja di PT.Sanyo, aku bisa mendaftar kuliah di kampus Unisma Bekasi. Namun,
saat masuk kuliah aku harus resign
dari PT. Sanyo karena jam kuliah dengan jam kerja berbenturan. Setelah masuk
kuliah aku mencoba mencari pekerjaan lain yang waktunya bisa diatur agar tidak
berbenturan dengan jam kuliah dan Alhamdulillah aku diterima di PT Arnott’s
Indonesia yang jam kerjanya tiga shift. Bekerja di PT.Arnott’s Indonesia tidak
bertahan lama karena pada waktu itu, PT.Arnott’s ada pengurangan karyawan dan
aku salah satu karyawan yang dihabiskan masa kontraknya.
Pada
semester dua tabungan ku sudah mulai menipis dan hanya cukup untuk makan dan
bayar kosan saja, sedangkan waktu itu aku belum mendapat pekerjaan lagi. Aku
coba mengikut program beasiswa, namun gagal karena ada seorang teman yang
nilainya masih di atas ku. Bingung harus berbuat apa lagi, tapi yakin Allah
akan menolong hambaNYA yang sedang berjuang menuntut ilmu. Di semester tiga, aku
mencoba lagi untuk ikut beasiswa dari Dikti Jawa Barat yaitu Beasiswa Siklus
karena kebetulan nilai ku sudah bisa bersaing dengan teman-teman yang lain.
Setelah semua persyaratan terkumpul, ku serahkan semua berkasku ke bagian
Fakultas untuk proses selanjutnya. Aku minta Bapak dan Ibu ku bantu doa agar
aku dapat beasiswa itu. Alhamdulillah setelah melalui beberapa tahapan akupun
dinyatakan sebagai mahasiswa yang berhak mendapatkan beasiswa siklus. Saat itu
aku belum tau nominal beasiswa itu, ku berpikir beasiswa itu sekitar Rp.
4.000.000’- cukup untuk biaya satu semester saja. Sujud syukur Allah maha baik
ternyata nominal beasiswa itu jauh di atas perkiraan ku. Alhamdulillah nominal
beasiswa yang diberikan oleh Dikti cukup untuk membiaya biaya kuliahku sampai
selesai, bahkan biaya wisuda dan biaya untuk kebutuhan skripsipun bisa teratasi
dengan beasiswa Dikti tersebut.
Berbekal
dari pengalaman aku suka bercerita kepada teman-teman yang kurang semangat
dalam belajar. Aku ingin teman-temanku tidak ada yang menyesal dikemudian hari
karena keputusannya saat ini. Banyak sekali anak-anak yang ekonomi keluarganya
mampu untuk membiaya sekolah anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi tapi
justru anaknya yang tidak mau untuk melanjutkan sekolah, alasannya cuma karena
sudah malas berpikir. Ketika ada teman yang punya pemikiran demikian, aku
sering menegurnya karena tidak semua anak bisa mempunyai kesempatan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa harus pusing memikirkan biaya. Terkadang
ku cerita tentang pengalaman ku yang begitu keras harus berjuang agar bisa
melajutkan sekolah. Alhamdulillah ada beberapa teman yang berhasil kembali
semangat untuk melanjutkan sekolah setelah mendengar kisah perjuanganku. Aku
berharap suatu hari nanti aku bisa menjadi motivator bagi masyarakat Indonesia
khususnya dalam berjuang dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik.
Dalam hal
kepribadian, aku termasuk orang yang senang memajukan orang lain (Motivator)
karena secara tidak langsung ketika kita memberikan motivasi kepada orang lain
sama saja kita memotivasi diri sendiri, senang berkomunikasi dalam semua
kalangan baik kalangan bawah maupun atas contohnya di kantor aku suka
berkomunikasi dari mulai office boy
sampai level manager, senang mempelajari
hal baru, senang melayani orang lain contohnya saat ini aku dan teman-teman
organisasi mendirikan Bimbel gratis untuk anak-anak sekitar lokasi tempat
tinggalku, punya intuisi dalam memilih jalan menuju tujuan. Namun, aku termasuk
orang yang tidak berani konfrontasi,
tidak tegaan, tidak suka konflik, tidak punya empati, tidak rapih, dan tidak
teliti.